Minggu, 08 Mei 2011

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TRAKSI


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TRAKSI
Definisi Traksi :
Suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh.
Indikasi :
1.Pada pasien dengan fraktur dan atau dislokasi.
Tujuan :
  1. mobilisasi tulang belakang servikal
  2. reduksi dislokasi / subluksasi
  3. distraksi interforamina vertebre
  4. mengurangi rasa nyeri
  5. mengurangi deformitas
Jenis-jenis traksi :
  1. traksi lurus / langsung
  2. traksi suspensi seimbang
  3. traksi kulit/skelet
  4. traksi manual
Komplikasi
  • decubitus
  • kongesti paru / pneumonia
  • konstipasi
  • anoreksia
  • stasis & ISK
  • trombosis vena profunda
ASKEP
  1. Pengkajian
  • status neurology
  • kulit (decubitus, kerusakan jaringan kulit)
  • fungsi respirasi (frekuensi, regular/irregular)
  • fungsi gastrointestinal (konstipasi, dullness)
  • fungsi perkemihan (retensi urine, ISK)
  • fungsi cardiovaskuler (HR, TD, perfusi ke daerah traksi, akral dingin)
  • status nutrisi (anoreksia)
  • nyeri

Diagnosa Keperawatan :
  1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan traksi/ imobilisasi
  2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penata laksanaan medis
  3. Resiko konstipasi berhubungan dengan imobilisasi
Intervensi :
Dx, 1 :
  • pengkajian nyeri
  • Bantu klien melakukan mobilisasi pada ekstremitas yangf tidak ditraksi
  • Anjurkan klien melakukan teknik distraksi dan relaksasi
  • Kolaborasi pemberian analgesic
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TRAKSI
Definisi Traksi :
Suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh.
Indikasi :
  1. Pada pasien dengan fraktur dan atau dislokasi.
Tujuan :
  1. mobilisasi tulang belakang servikal
  2. reduksi dislokasi / subluksasi
  3. distraksi interforamina vertebre
  4. mengurangi rasa nyeri
  5. mengurangi deformitas
Jenis-jenis traksi :
  1. traksi lurus / langsung
  2. traksi suspensi seimbang
  3. traksi kulit/skelet
  4. traksi manual


Komplikasi
  • decubitus
  • kongesti paru / pneumonia
  • konstipasi
  • anoreksia
  • stasis & ISK
  • trombosis vena profunda
ASKEP
  1. Pengkajian
  • status neurology
  • kulit (decubitus, kerusakan jaringan kulit)
  • fungsi respirasi (frekuensi, regular/irregular)
  • fungsi gastrointestinal (konstipasi, dullness)
  • fungsi perkemihan (retensi urine, ISK)
  • fungsi cardiovaskuler (HR, TD, perfusi ke daerah traksi, akral dingin)
  • status nutrisi (anoreksia)
  • nyeri
Diagnosa Keperawatan :
  1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan traksi/ imobilisasi
  2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penata laksanaan medis
  3. Resiko konstipasi berhubungan dengan imobilisasi
Intervensi :
Dx, 1 :
  • pengkajian nyeri
  • Bantu klien melakukan mobilisasi pada ekstremitas yangf tidak ditraksi
  • Anjurkan klien melakukan teknik distraksi dan relaksasi
  • Kolaborasi pemberian analgesic
Dx. 2
  • kaji respon klien terhadap aktifitas
  • kaji TTV setelah melakukan aktifitas
  • mengajarkan gerak aktif pasif
  • monitor tonus otot


Dx. 3
  • kaji pola defekasi
  • jelaskan pentingnya diet tinggi serat
  • ajarkan bowel training
  • rubah posisi sesering mungkin
  • dorong intake cairan peroral ± 6-10 gelas perhari.
DISLOKASI
Definisi :
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (brunner&suddarth)
Kelurnya (bercerainya)kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansyur, dkk. 2000)
Klasifikasi :
  1. Dislokasi congenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
  1. Dislokasi patologik
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi.
  1. Dislokasi traumatic
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan)
Etiologi :
  1. Tidak diketahui
  2. Faktor predisposisi
  1. akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir.
  2. Trauma akibat kecelakaan.
  3. Trauma akibat pembedahan ortopedi
  4. Terjadi infeksi disekitar sendi.
Manifestasi Klinis
  1. Nyeri
  2. perubahan kontur sendi
  3. perubahan panjang ekstremitas
  4. kehilangan mobilitas normal
  5. perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
  6. deformitas
  7. kekakuan
Pemeriksaan diagnostic
  1. foto X-ray
untuk menentukan arah dislokasi dan apakah disertai fraktur.
  1. foto roentgen
Penata laksanaan :
  1. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika dislokasi berat.
  2. Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga sendi.
  3. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil.
  4. beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4X sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi
  5. memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan.
Askep :
  1. Pengkajian
  1. identitas dan keluhan utama
  2. riwayat penyakit lalu
  3. riwayat penyakit sekarang
  4. riwayat masa pertumbuhan
  5. pemeriksaan fisik terutama masalah persendian : nyeri, deformitas, fungsiolesa mis: bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi anterior bahu.
  1. Diagnosa Keperawatan
  • Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan
  • Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat mobilisasi
  • Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
  • Gangguan bodi image berhubungan dengan deformitas dan perubahan bentuk tubuh.
  1. Intervensi
Dx 1
  • kaji skala nyeri
  • berikan posisi relaks pada Px
  • ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
  • kolaborasi pemberian analgesic
Dx 2
  • kaji tingkat mobilisasi Px
  • berikan latihan ROM
  • anjurkan penggunaan alat Bantu jika diperlukan
Dx. 3
  • Bantu Px mengungkapkan rasa cemas atau takutnya
  • Kaji pengetahuan Px tentangh prosedur yang akan dijalaninya.
  • Berikan informasi yang benar tentang prosedur yang akan dijalani Px
Dx 4
  • kaji konsep diri Px
  • kembangkan BHSP dengan Px
  • Bantu Px mengungkapkan masalahnya
  • Bantu Px mengatasi masalahnya.
  • kaji respon klien terhadap aktifitas
  • kaji TTV setelah melakukan aktifitas
  • mengajarkan gerak aktif pasif
  • monitor tonus otot
Dx. 3
  • kaji pola defekasi
  • jelaskan pentingnya diet tinggi serat
  • ajarkan bowel training
  • rubah posisi sesering mungkin
  • dorong intake cairan peroral ± 6-10 gelas perhari.
DISLOKASI
Definisi :
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (brunner&suddarth)
Kelurnya (bercerainya)kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansyur, dkk. 2000)
Klasifikasi :
  1. Dislokasi congenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
  1. Dislokasi patologik
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi.
  1. Dislokasi traumatic
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan)
Etiologi :
  1. Tidak diketahui
  2. Faktor predisposisi
  1. akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir.
  2. Trauma akibat kecelakaan.
  3. Trauma akibat pembedahan ortopedi
  4. Terjadi infeksi disekitar sendi.
Manifestasi Klinis
  1. Nyeri
  2. perubahan kontur sendi
  3. perubahan panjang ekstremitas
  4. kehilangan mobilitas normal
  5. perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
  6. deformitas
  7. kekakuan
Pemeriksaan diagnostic
  1. foto X-ray
untuk menentukan arah dislokasi dan apakah disertai fraktur.
  1. foto roentgen
Penata laksanaan :
  1. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika dislokasi berat.
  2. Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga sendi.
  3. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil.
  4. beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4X sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi
  5. memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan.
Askep :
  1. Pengkajian
  • identitas dan keluhan utama
  • riwayat penyakit lalu
  • riwayat penyakit sekarang
  • riwayat masa pertumbuhan
  • pemeriksaan fisik terutama masalah persendian : nyeri, deformitas, fungsiolesa mis: bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi anterior bahu.
  1. Diagnosa Keperawatan
  • Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan
  • Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat mobilisasi
  • Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
  • Gangguan bodi image berhubungan dengan deformitas dan perubahan bentuk tubuh.
  1. Intervensi
Dx 1
  • kaji skala nyeri
  • berikan posisi relaks pada Px
  • ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
  • kolaborasi pemberian analgesic
Dx 2
  • kaji tingkat mobilisasi Px
  • berikan latihan ROM
  • anjurkan penggunaan alat Bantu jika diperlukan
Dx. 3
  • Bantu Px mengungkapkan rasa cemas atau takutnya
  • Kaji pengetahuan Px tentangh prosedur yang akan dijalaninya.
  • Berikan informasi yang benar tentang prosedur yang akan dijalani Px
Dx 4
  • kaji konsep diri Px
  • kembangkan BHSP dengan Px
  • Bantu Px mengungkapkan masalahnya
  • Bantu Px mengatasi masalahnya.

Jovan Rius Dac'



                                                    





Traksi osilasi Sendi Bahu
a)      Definisi Traksi osilasi
Traksi merupakan salah satu komponen arthrokinematik dari sendi glenohumeral. Traksi adalah gerak satu permukaan sendi tegak lurus terhadap permukaan sendi pasangannya kearah menjauh, dalam hal ini traksi sendi glenohumeral adalah traksi kearah lateral serong keventro cranial. Pada saat traksi terjadi pelepasan abnormal crosslink pada sendi dan terjadi pengurangan viskositas cairan sendi glenohumeral. Gerakan aktif pada lingkup gerak sendi mempunyai efek antara lain untuk memelihara elastisitas dan kontraksi otot, memberikan efek sensasi balik dari kontraksi otot, memberikan stimulus pada ulang dan sendi, meningkatkan sirkulasi darah, melepaskan perlekatan intraseluler kapsuloligamenter sendi glenohumeral.
Menurut Maitland, oscilasi adalah bentuk gerakan pasif pada sendi dengan amplitude yang kecil atau besar yang diaplikasikan pada semua ROM yang ada dan dapat dilakukan ketika permukaan sendi dalam keadaan distraksi dan kompresi.
Efek-efek dari traksi shoulder adalah sebagai berikut :
1)       Efek fisik
Pemberian traksi shoulder dapat merangsang aktivitas biologis didalam sendi melalui gerakan cairan sinovial. Gerakan cairan sinovial dapat meningkatkan proses pertukaran nutrisi kepermukaan kartilago sendi dan fibrokartilago, sehingga cairan sinovial meningkat.
2)       Efek neurologis
Traksi dapat merangsang receptor sendi yaitu mekanoseptor yang dapat menginhibisi pengiriman stimulus nociceptif pada medulla spinalis melalui modulasi level spinal.
3)       Efek stretching
Traksi dapat meregang atau mengulur kapsul ligament tanpa nyeri melalui pelepasan abnormal cross link antara serabut-serabut kolagen sehingga terjadi perbaikan lingkup gerak sendi sampai mencapai tahap fungsional dari sendi dan dapat memelihara ekstensibilitas dan kekuatan tegangan dari sendi dan jaringan periartikular.
4)       Efek arthrokinematik
Traksi dapat meregangkan dan mengarahkan gerak fisiologis.
5)     Efek mekanik
Distraksi dengan amplitude kecil pada sendi akan menyebabkan terjadinya pergerakan cairan sinovium yang akan membawa nutrisi pada bagian yang bersifat avaskular dari kartilago sendi dan fibrokartilago, menurunkan nyeri dan efek degenerasi statis saat nyeri dan tidak dapat melakukan gerakan dalam lingkup gerak sendi tertentu.
b)       Prinsip Teknik Traksi Shoulder
Mekanisme teknik pelaksanaan antar lain:
1)       Posisi tangan
Tangan yang akan melakukan mobilisasi hendaknya ditempatkan sedekat mungkin dengan permukaan sendi. Tangan yang berfungsi sebagi stabilisator menahan gerakan tangan yang memobilisasi dengan arah berlawanan atau melalui pencegahn gerakan yang terjadi disekitar sendi.
2)       Arah gerakan
Arah gerakan harus bebas dari adanya nyeri sampai batas tahanan kapsular. Tahanan yang dimaksud mengarah kepad keterbatasan kapsul sendi. Gerakan sampai arah keterbatasan adalah suatu upaya untuk melakukan sesatu perubahan mekanik dalam kapsul sendi dan jaringan yang ada disekitarnya. Perubahan mekanik yang dimaksud berupa pelepasan jaringan yang mengalami perlengketan.
Arah gerakan yng diberikan tidak boleh melampaui batas normal gerak sendi. Saat mengaplikasikan teknik gerak traksi, fisioterapis harus megetahui gerakan- gerakan sendi serta bentuk sendi yang bersangkutan. 
3)       Proper Body Mechanic
Terapis harus menggunakan prinsip-prinsip ergonomic dan berdiri atau memposisikan diri sedekat mungkin dengan pasien, tangan dan lengan terpis bertindak sebagai fulcrum dan levers serta posisi terapis harus mengikuti gerakan tersebut secara efisien.
c)       Dosis dan Derajat Traksi Shoulder
1)     Derajat traksi
Derajat I: Osilasi pada MLPP, untuk mengurangi nyeri. Selalu digunakan pada saat melakuakn glide mobilisasi.
Derajat II:       Staccato pada mid range, untuk mengurangi nyeri.
Derajat III: Staccato mencapai pembatasan LGS, untuk menambah mobilisasi sendi (traksi mobilisasi) dan untuk tes joint play movement (traction test).
Derajat IV      : Osilasi pada pembatasan LGS, yang berfungsi untuk menambah LGS dan joint play movement merasakan end feel.
2)       Dosis dan Kegunaan Traksi
a.        Derajat I atau II
Sendi yang terasa nyeri pertama-tama harus diterapi dengan traksi. Biasanya digunakan derajat I atau II dengan interval 10  detik. Traksi dilakukan pelan-pelan kemudian secara perlahan traksi dilepaskan sehingga sendi kembali keposisi awal. Setelah sendi istirahat beberapa detik, prosedur diatas diulangi kembali. Amplitudo, durasi dan frekuensi gerakan sendi sangat bervariasi tergantung pada respon pasien terhadap terapi tersebut. Derajat I dan II berfungsi untuk menginhibisi nyeri dan mengatasi keterbatasan gerak.
b.       Derajat III dan IV
Traksi-mobilisasi derajat III efektif untuk memperbaiki mobilitas sendi karena dapat meregangkan jaringan lunak sekitar persendian yang memendek. Traksi mobilisasi dipertahankan selama 7 detik atau lebih dengan kekuatan maksimal sesauai dengan toleransi pasien. Pada saat sendi  istirahat traksi tidak perlu dilepaskan total ke posisi awal tetapi cukup diturunkan ke derajat II kemudian lakukan traksi derajat III lagi. Prosedur tersebut dilakukan berulang-ulang. Derajat III berfungsi untuk meningkatkan LGS dan relaksasi otot jika dilakukan dengan osilasi dan kecepatan rendah. Derajat IV  lebih efektif untuk menambah lingkup gerak sendi
d)       Indikasi Traksi
1)       Nyeri dan Spasme Otot
Nyeri dan spasme otot dapat ditangani dengan teknik gentle joint play untuk menstimulasi efek neurologis yang dapat menstimuli mekanoseptor dan inhibisi transmisi nociceptor pada level spinal atau brain stem.
2)       Hipomobilitas yang Reversibel
Jaringan yang mengalami immobilisasi dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan regangan sehingga terjadi pemendekan dan myofibril menjadi berkurang dan membentuk abnormal crosslink. Teknik osilasi dapat memperbaiki secara mekanik struktur jaringan yang mengalami pemendekan, dan teknik progresif stretching sendi untuk mengulur hipomobilitas kapsular dan ligamen.

a) Keterbatasan Gerak yang Progresif
Penyakit yang membatasi gerak secara progerasif dapat ditangani dengan teknik mobilisasi sendi untuk menjaga dan memelihara gerak  yang ada.
2)       Imobilisasi yang Fungsional
Ketika pasien tidak dapat melakukan gerakn pada satu sendi untuk beberapa waktu  maka dapat diberikan traksi tanpa stretch untuk memelihara gerak sendi yang ada dan efek restriksi pada imobilisasi.
e)       Kontraindikasi Traksi
1)       Hipermobilitas
Hipermobilitas pada sendi tidak boleh diberikan teknik ini kecuali dengan pertimbangan bahwa fisioterapis dapat menjaga dalam batasan gerak yang normal pada sendi tersebut. Selain itu tidak boleh diaplikasikan pada pasien yang mempunyai potensial nekrose pada ligament dan kapsul sendi.
2)       Efusi Sendi
Efusi sendi tidak boleh dilakukan mobilisasi. Hal ini dikarenakan pada kapsul yang ditraksi akan mengalami penggelembungan karena menampung cairan dari luar. Keterbatasan ini berasal dari perubahan yang terjadi dari laur dsan respon otot terhadap nyeri bukan karena pemendekan otot.  
3)       Inflamasi
Pada tahap ini tidak boleh dilakukan traksi karena menimbulkan nyeri serta memperberat kerusakan pada jaringan.
4)     Fraktur humeri dan osteoporosis
f)     Prosedur Pelaksanaan Teknik Traksi Shoulder
1)       Pasien  tidur telentang dan dalam keadaan rileks.
2)       Posisi awal sendi bahu pada posisi MLPP (bonnet position/ abduksi, internal rotasi 30°) lakukan traksi derajat I kearah lateral serong keventro kranial dengan frekuensi osilasi 3x/detik dan repetisi 50 kali
3)     Fisioterapis memposisikan sendi bahu pada posisi keterbatasan abduksi, internal rotasi dan eksternal rotasi, kemudian lakukan traksi derajat IV pada pembatasan ROM ke arah lateral serong ventro kranial dengan frekuensi dan repetisi sama dengan no 2). Setelah dilakukan derajat IV kembali dilakukan derajat I dengan posisi MLPP.

http://dhaenkpedro.wordpress.com/traksi-oscilasi-shoulder/







Tidak ada komentar:

Posting Komentar